Monday, March 11, 2013

(Artikel) Bayi Dibawah 1 Tahun Jangan Diberi Madu

Posting disini juga deh, soalnya suka 'gerah' kalau ada yang kasih saran baby nya harus dikasih madu untuk sarana pengobatan *ambil kipas angin*.

Terus kejadian yang terakhir ya dalam perjalanan menuju pengajian, cerita nya saya nebeng mobil salah satu anggota pengajian *karena bawa Alaric jd ga bisa naik motor*. Nah, di mobil nya ternyata sudah dibooking juga sama 2 orang nenek2. Dalam perjalanan, cerita punya cerita, sampailah pada bahasan bahwa kalau anak demam, batuk pilek, jangan lupa diberi madu aja supaya lekas sembuh.

Nah, membantahlah saya tentang pemberian madu ini. Dan sudah bisa ditebak endingnya... saya 'dikeroyok' oleh nenek2 itu :-p



BAYI DIBAWAH 1 TAHUN JANGAN DIBERI MADU
 
Madu adalah salah satu pemanis alami yang banyak disukai orang. Tapi para orangtua sebaiknya tidak memberikan madu pada bayi di bawah usia 1 tahun, karena berisiko terkena botulisme pada bayi.

Botulisme adalah salah satu jenis keracunan makanan yang dapat menyebabkan kematian.

Madu memang memiliki berbagai macam manfaat bagi kesehatan tubuh seseorang, seperti untuk penambah stamina atau dipercaya memiliki sifat antimikroba.

Namun hal ini sepertinya tidak akan berlaku pada bayi yang belum genap berusia 1 tahun. Karena kemungkinan bukan manfaat tersebut yang didapatkan tapi bisa mengakibatkan botulisme pada bayi.

Seperti dikutip dari Pediatrics.about.com, Selasa (25/5/2010) bahwa bayi berusia di bawah 12 bulan memiliki risiko terkena botulisme jika mengonsumsi madu, sehingga sebaiknya dihindari.

Hal ini disebabkan spora dari bakteri Clostridium botulinum ini dapat ditemukan dalam madu alami, ketika madu tersebut masuk ke dalam tubuh dan dicerna oleh bayi maka spora dari bakteri ini akan melepaskan toksin yang dapat menyebabkan botulisme (keracunan).

Badan standar makanan (Food Standards Agency) Amerika Serikat merekomendasaikan sebaiknya memberikan madu setelah bayi berusia di atas 1 tahun, karena pada usia tersebut sistem pencernaannya sudah cukup matang untuk tidak membiarkan bakteri tersebut tumbuh di dalam tubuh.

Sedangkan saat usianya masih di bawah 1 tahun sistem pencernaannya belum matang sehingga rentan terhadap keracunan botulisme dari makanan.

Spora botulinum secara luas ditemukan pada beberapa pemanis lain seperti sirup mapel dan sirup jagung, namun memang lebih cenderung berada di dalam madu.

Karenanya orangtua harus memastikan setiap kandungan yang terdapat di dalam makanan olahan untuk bayinya, terutama yang belum di pasteurisasi (diolah dengan cara pemanasan).

Botulisme pada bayi bisa mematikan jika tidak terdeteksi sejak dini, hal ini karena sifat menyebar yang dimiliki oleh toksin tersebut.

Orangtua sebaiknya mengenali tanda-tanda dari botulisme pada bayi, yaitu:

- Biasanya diawali dengan sembelit atau susah buang air besar.
- Mengalami kelemahan otot akibat adanya kerusakan sistem saraf.
- Bayi akan menangis dan lama kelamaan akan menjadi lebih lemah.
- Bayi akan mengalami kesulitan makan dan menelan.
- Kelemahan yang dialami bayi akan membuatnya menjadi lesu.

Bayi memiliki risiko lebih besar pada enam bulan pertama kehidupannya, karena itu orangtua harus mencatat setiap kesehatan dan perubahan yang terjadi pada bayinya.

Orangtua sebaiknya menjaga kebersihan dan mengelola makanan yang akan dikonsumsi oleh bayi dengan teliti, serta dianjurkan untuk lebih menahan diri saat memberikan makanan pada bayinya terutama makanan yang terlalu manis.

Sumber : Detik Health

Friday, March 8, 2013

Dokter Idaman ?

Wajah lesu ketika nunggu antrian di Hermina Arcamanik, tapi ttp pengen bermain


Bicara tentang dokter, boleh dibilang saya termasuk type yang mudah gonta ganti dokter apabila dokter yang saya temui tidak berkenan dihati. Tapi apabila sudah menemukan yang sreg dan pas dihati, jangan harap saya bisa pindah ke lain hati .. eh maksudnya ke dokter lain kecuali kalau kepepet :-)

Ga percaya ? yang dibilang paling ekstrem sama teman n saudara adalah dengan dokter gigi. Jadi ceritanya saya punya dokter gigi keluarga alias sejak dari kecil kami sekeluarga sudah seperti saudara dengan beliau. Saya pun selalu begitu... walaupun pernah cocok ke dokter gigi lain dan pernah juga berobat ke dokter gigi yang lain lagi - karena si dokter gigi hrs PTT, domisili si dokter gigi sudah pindah kota bahkan propinsi, tetap saja ujung2nya dibelain menempuh perjalanan selama +/- 2 jam :-(.

Pas nikah dengan si ayah, suatu hari saya pamit (via telepon) untuk berobat ke dokter gigi idaman. Karena dulu masih LDR sudah pasti si ayah ga bisa antar. Pas ditanya dimana dokter nya ? saya jawab .. rumahnya sih di Rawalumbu, Bekasi Barat, tapi krn dia prakteknya hanya di Puskesmas (maklum skrg sdh berumur) jadi nanti mau ke Puskesmas nya aja. Si ayah tanya lagi, dimana puskesmas nya ? dijawab di Tambun :-) .. Langsung deh ga bisa bayangin ekspresi nya si ayah  ... ha ha ha ... Gimana ga ketawa si ayah, karena hanya jalan bbrp langkah aja dari rumah sudah ada 2 praktek dokter gigi, nah ini malah jauh2 ke Tambun nahan rasa sakit :-p

Back to dokter ...
Di tempat tinggal saat ini saya masih belum menemukan dokter anak yang cocok untuk Alaric.  Sebenarnya sudah merasa sreg dengan DSA nya waktu dia lahir, tapi karena terlalu jauh dan aktivitas saat beberapa bulan kedepannya hanya Imunisasi, jadi kita pindahkan ke salah satu Klinik Kebidanan yang terdekat dari rumah.

Tapi ... selain DSA nya antriannya puanjannnggg, juga kalau konsult pasti cuma sebentar banget. Jadi kurang puas kalau konsult sama dia.  Selain itu kalau mau imunisasi juga antriannya sdh seperti antrian sembako alias jam 6 pagi sdh hrs daftar via telepon (itu juga susah banget n seringnya si ayah yg pagi2 lsg daftar ke sana). Pas sdh dtg ternyata antriannya juga per kedatangan alias no yang sdh didapat ga ada guna nya. Jadi ya kasian untuk para baby apalagi yang masih newborn kalau menunggu giliran imunisasi.

Sebenarnya ada juga sih DSA yang praktek di ruko depan komplek. Tapi karena prakteknya hanya malam hari, jadi agak sulit n kasian kalau Alaric sedang sakit trs dibawa malam2 naik motor walaupun hanya ke depan komplek.

Nah, terakhir kali Alaric sakit adalah Batuk Pilek dan sudah dilakukan Home Treatment ternyata tidak berhasil. Jadilah ketika batas waktu home treatment usai kita harus segera ke dokter (krn ga tega liat dia batuk kering n susah mengeluarkan dahak) dan itu terjadi di hari Minggu dimana susah mencari dokter yang praktek. Akhirnya setelah tanya kesana kemari, kita pergi ke Hermina Arcamanik. 

Selama menunggu antrian dokter nya yang cukup makan waktu lama, sempat ngobrol dgn si ayah kira2 bagaimana type dokternya, alias maukah beliau memberikan konsult yang lama sesuai dgn tarifnya di hari Minggu :-). Alhamdulillah, ketika akhirnya tiba giliran Alaric, ternyata selain ramah, DSA nya juga mau menjawab setiap pertanyaan yang kita ajukan, malah akhirnya sampai berlanjut ke sesi MPASI. Dan .. ketika saya coba tanya, apakah obat yang diberikan ada yang berupa antibiotik, beliau menjawab, tidak saya berikan antibiotik karena mmg tidak diperlukan *langsung senang karena ini pasti DSA yang RUM*

Namun ... hingga beberapa hari kedepannya ternyata kondisi Alaric bukannya membaik malah bertambah parah. Setiap dia batuk pasti seperti kesusahan untuk mengeluarkan dahak sampai akhirnya muntah :-(

Kalau sudah begini jadi mikir lagi tentang penggunaan antibitok *galau RUM ceritanya* Mencoba bertahan dgn obat yang masih ada, tapi lama kelamaan ga tega juga liat selalu muntah kalau batuk.

Akhirnya, kita bawa lagi Alaric berobat ke DSA di ruko depan kompleks. Dan .... kali ini dia minta mengganti obat batuk dari DSA sebelumnya dgn obat racikan, dan dijelaskan ada unsur antibiotiknya.

Galau lagi deh, karena di pikiran tiba2 terbayang tentang RUM dan banyak nya ibu2 yang memilih tidak memberikan ke anak ketika diresepkan antibiotik  *korban internet*

Tapi .. segera tersadar, Insya Allah DSA sudah pasti tahu manfaatnya dan dosis yang tepat utk anak. Jadilah sepulangnya dari DSA langsung memberikan ke Alaric dgn harapan semoga cepat hilang batuk pilek nya.
Alhamdulillah , Qodarullah tidak berapa lama Alaric sembuh dari batuk pilek :-) .

Jadi, sudahkan menemukan DSA yang tepat untuk Alaric ? ... seperti nya belum juga deh :-)